Sejumlah
perusahaan media, termasuk New York Times dan Wall Street Journal,
mengaku bahwa sistem komputer mereka baru saja dibobol beberapa minggu terakhir
ini. Tak lama kemudian, Twitter pun mengumumkan bahwa mereka juga menjadi
sasaran serangan dari para peretas.
Dalam blog
resminya, sebagaimana dilansir Wired, 3 Februari 2013, Twitter menulis
artikel bertajuk "Jaga Pengguna Agar Tetap Aman", yang
mengindikasikan ada pola yang tidak biasa dalam sepekan lalu.
"Kami menemukan satu serangan langsung, dan akan mematikannya
segera," kata Bob Lord, Direktur Keamanan Informasi Twitter.
"Penyelidikan kami sejauh ini menunjukkan bahwa para penyerang memiliki
akses terhadap informasi pengguna, seperti nama, alamat e-mail, token, hingga
kata kunci terenkripsi. Ada sekitar 250 ribu akun pengguna yang menjadi korban.
Mengatasi hal ini, Twitter mengatakan akan mengubah kata kunci akun para
pengguna yang diduga terkena serangan. Mikroblog dengan total lebih dari
setengah miliar pengguna itu akan mengirimkan surel (surat elektronik)
notifikasi, yang menginformasikan bahwa kata kunci akun lama tidak lagi
berlaku, dan pengguna harus membuatnya yang baru.
Surel tersebut juga mengimbau pengguna agar menghindari website-website yang
melayani jasa penambahan pengikut (follower). "Situs-situs
tersebut mengirimkan pesan spam dan merusak akun Anda," tulis
Twitter dalam surel.
Tidak ada penjelasan lebih dalam dari Lord terkait modus yang ditempuh para
peretas, hingga berhasil masuk dan mengakses data. Tapi, Twitter yakin bahwa
serangan ini tidak hanya menimpa mereka saja.
"Serangan ini bukanlah serangan amatir. Para penyerang sangat canggih.
Dan, kami yakin ada perusahaan dan organisasi lain yang mengalami hal yang sama.
Karena itu, kami merasa informasi serangan ini penting untuk dipublikasi agar
kita semua lebih berhati-hati," tutur Lord.
Sumber : VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar